Pages

Kamis, 08 Desember 2011

Bahan Ajar Sosiologi

Mengapa Balita Bisa Candu 40 Rokok per Hari
VIVAnews - Perilaku anak berkiblat pada lingkungan sekitarnya, terutama orangtua. Tidak mungkin kasus Ardi, balita dua tahun asal Musi Banyuasin Sumatera Selatan yang mengalami candu rokok, muncul tanpa 'dosa' orangtua dan lingkungan sekitarnya.
Komnas PA bersama pihak terkait sedang melakukan observasi yang meliputi unsur kesehatan, kejiwaan, dan latar belakang keluarga Ardi. Observasi diperkirakan selesai dalam 2-3 hari. Selanjutnya, terapi penyembuhan dari candu dilakukan dengan melibatkan Dinas Kesehatan. "Perhatian anak akan dialihkan agar tidak mengisap rokok lagi," kata Arist.
Pemulihan juga akan melibatkan orangtua agar tidak menuruti keinginan anak untuk melanjutkan kebiasaan yang merugikan kesehatan. "Orangtua mengetahui mana yang buruk, jadi semestinya melindungi anak. Bukan justru memfasilitasi kebiasaan tersebut," katanya.
Berdasar data survei sosial ekonomi nasional terakhir pada 2004, perokok pemula di Indonesia usia 5-9 tahun meningkat empat kali lipat dalam kurun waktu 2001-2004. Mayoritas perokok pemula adalah usia remaja 15-19 tahun. Rokok bukan hanya menggerogoti kesehatan, tapi juga menghancurkan perekonomian keluarga. Bayangkan, konsumsi 40 batang rokok sehari yang dilakukan Ardi membutuhkan biaya sekitar Rp 50 ribu. Itu belum termasuk biaya dampak kesehatan yang nantinya timbul akibat rokok.
SOSIALISASI DAN RUANG LINGKUPNYA
Setiap manusia pasti melakukan sosialisasi. Sosialisasi merupakan proses seseorang mempelajari pola-pola hidup dalam masyarakat sesuai dengan norma, nilai, kebiasaan yang berlaku untuk berkembang sebagai anggota masyarakat dan sebagai individu. Dengan kata lain sosialisasi adalah proses penginternalisasian nilai dan norma dari masyarakat oleh individu.
Berdasarkan pengertian sosialisasi yang dikemukakan diatas, maka pengertian sosialisasi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Sosialisasi ditempuh seorang individu melalui proses belajar.
2. Sosialisasi dijalani seorang individu secara bertahap berkesinambungan, sejak ia dilahirkan hingga akhir hayatnya.
3. Sosialisasi erat kaitannya dengan enkulturasi.
Sosialisasi sangat ditentukan oleh kebudayaan suatu masyarakat. Oleh sebab itu, sosialisasi pada masyarakat yang satu berbeda dengan masyarakat yang lain. Misalnya pola pengasuhan anak pada masyarakat desa berbeda dengan pola pengasuhan anak pada masyarakat kota. Sosialisasi anak orang kaya berbeda dengan sosialisasi anak orang miskin , dan sebagainya.
Sosialisasi juga mempunyai tujuan, tujuan sosialisasi tersebut adalah:
1. Memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat bermasyarakat.
2. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi secara efektif.
3. Membuat seseorang mampu mengembalikan fungsi organic melalui latihan intropeksi.
4. Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan kepada seseorang yang mempunyai tugas pokok dalam masyarakat.


A. Sosialisai Merupakan Suatu Proses yang Berlangsung Sepanjang Hayat

Dalam kaitan inilah para ahli menggolongkan sosialisasi menjadi dua macam, yaitu:
a. Sosialisasi primer
Sosialisai primer dilakukan seorang individu di lingkungan keluarga, sehingga ia mengenal ayah, ibu, kakak, adik, nenek dan lain sebagainya. Melalui proses sosialisasi dilingkungan keluarga seorang individu mulai mengenal dan memahami nilai dan norma-norma yang berlaku yang harus dipatuhi dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder dilakukan individu diluar lingkungan keluarga, yaitu disekolah dan masyarakat umum. Dasar-dasar yang diperoleh dari sosialisasi primer merupakan perjalanan untuk memasuki sosialisasi sekunder. Dalam sosialisasi primer yang berperan adalah anggota keluarga, dalam sosialisasi sekunder yang berperan adalah orang lain, misalnya guru, teman, dan orang dewasa yang lain.

B. Pelaksanaan Sosialisasi

Dalam memengaruhi anak, sosialisasi dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:
1. Metode ganjaran atau hukuman.
2. Metode dedacing teaching, dimana anak diajarkan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan melalui pembrian informasi, ceramah, dan penjelasan.
3. Metode pemberian contoh, dilakukan dengan melalui proses imitasi dan sugesti baik sadar maupun tidak sadar.



C. Penilaian Berhasil Tidaknya Sosialisasi
Ada empat criteria yang dapat digunakan untuk mengukur berhasil atau tidaknya proses sosialisasi, yaitu:
1. Kepuasan psikis
2. Efisiensi kerja
3. Gejala-gejala fisik
4. Penerimaan sosial
Apabila seseorang berhasil dalam sosialisasi, mereka akan mendapatkan kepuasaan psikis, bekerja dapat lebih efisien, gejala fisik sehat, selalu menunjukkan keceriaan, dan penerimaan sosial terhadap orang lain bersifat positif.
D. Tahap-tahap sosialisasi

Sosialisasi juga mempunyai tahap-tahap, ada tiga tahap-tahap sosialisasi, yaitu:
1. Tahap persiapan (prepatory stage)
Tahap ini merupakan tahap persiapan mengenal dunia sosial dan pemahaman tentang diri. Di sini seseorang individu belajar membentuk kepribadian melalui berbagai rangsangan yang akan diserap dan ditirunya.
2. Tahap meniru (play stage)
Meniru adalah melakukan tiruan secara sempurna yang berguna untuk menambah pengalaman dan memperoleh bermacam-macam perasaan baru melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh. Tahap nomor 1 dan 2 ini dinamakan tahap internalisasi.
3. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized other)
Pada tahap ini seorang individu dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Individu sudah dapat mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran, adat istiadat, norma dan aturan dalam kebudayaan kelompok masyarakatnya (enkulturasi).
E. Pola-pola sosialisasi

Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu:
1. Sosialisasi represif
Sosialisasi dengan cara ini menekankan penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Sosialisasi represif mempunyai cirri-ciri lain, seperti penekanan pada kepatuhan anak kepada orang tua, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah pada keinginan orang tua. Misalnya pada orang tua melakukan hukuman fisik kepada anak yang dianggap tidak menaati atau mematuhi peraturan orang tua yang mengakibatkan anak tersebut cacat.
2. Sosialisasi parsipasif
Sosialisasi partisipasif adalah suatu pola sosialisasi yang meberikan apa yang diminta anak apabila berperilaku baik atau sosialisasi yang mengutamakan adanya partisipasi oleh anak. Tekanannya terletak pada interaksi anak (yang menjadi pusat sosialisasi) dan kebutuhan-kebutuhannya. Sarana sosialisasi ini yang paling ampuh adalah bahasa.

F. Jenis-jenis Agen Sosialisasi

Menurut jenisnya, agen sosialisasi dapat kita kelompokkan menjadi:
a. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer ialah sosialisasi pertama yang dilakukan individu secara alamiah. Contohnya sosialisasi dalam lingkungan keluarga.


gambar disamping adalah contoh agen sosialisasi dalam keluarga

b. Sosialisasi Sekunder
Sosialisai sekunder ialah sosialisasi diluar lingkungan keluarga, meliputi:
1. Teman Sepermainan
Teman sepermainan sangat penting dalam sosialisasi. Seorang anak belajar berinteraksi dengan orang-orang yang sebaya (peergroup).

Gambar disamping contoh agen sosialisasi. Dikelompok bermain seorang anak belajar peran dan membuat kesepakata-kesepakatan dalam kelompok.



2. Sekolah
Di sini seseorang mempelajari hal-hal baru yang belum dipelajarinya baik dalam keluarga maupun dalam kelompok bermain. pendidikan formal mempersiapkannya menguasai peran-peran baru yang akan digunakan di kemudian hari manakala ai tidak lagi tergantung pada orang tuanya.


Sekolah bukan hanya gedung, sekolah juga penuh dengan seperangkat aturan. Gambar disamping anak SMA sedang mengikuti upacara bendera.

1 komentar:

Minati etika marlin mengatakan...

sebaiknya artikel sebelum di posting di edit terlebih dahulu agar menarik untuk di baca..terima kasih..

Posting Komentar